PERJALANAN

by - December 15, 2017


Aku sendiri tidak tau pasti kapan tepatnya aku mulai menyukai kata “Perjalanan”. Mungkin semua itu dimulai sejak aku akhirnya terbiasa untuk menempuh perjalanan yang jauh ketika aku berangkat dari rumah menuju ke sekolah.

Sejak SD (Sekolah Dasar) aku sudah terbiasa untuk berganti angkutan umum sebanyak 3-4 kali hingga tiba di sekolah. Ketika mengenyam pendidikan di bangku SMP (Sekolah Menengah Pertama) setidaknya aku harus 2-3 kali naik angkutan kota. Hanya saat bersekolah di bangku SMA (Sekolah Menengah Atas) saja aku mulai bisa mengurangi catatan rekorku dalam berganti transportasi umum, cukup satu saja bus kota bernomor 612 yang harus kunaiki itu pun ditambah berjalan kaki sekitar 500 meter atau naik angkutan umum lain. Namun, perjalanan dengan bus KOPAJA tersebut harus ditempuh dalam waktu 2 jam bila jalanan sedang macet. Mungkin seharusnya aku sudah bisa sampai di kota lain dalam waktu tempuh yang sama.

Apakah aku memang suka dengan “Perjalanan” sedari awal atau aku hanya terpaksa menyukainya karena sudah terlanjur dan terpaksa harus menjalaninya? Dan lama-lama aku pun luluh untuk menerimanya? Semua itu tidak bisa kujawab langsung pada saat pertanyaan itu muncul di dalam pikiran. Kedua hal itu terasa bias, ambigu, samar, terasa serupa, terasa tak ada beda, hmm, sebenarnya ada bedanya namun tipis. Padahal jika dipikir ulang, dua pilihan jawaban itu sangat berbeda. Namun akhirnya semua terjawab, aku mengakui bahwa memang sejak awal aku telah jatuh cinta pada “Perjalanan”.

Namun saat itu aku belum mengerti alasan apa yang membuat aku jatuh cinta padanya. Makanya saat itu aku merasa bias. Hingga akhirnya kutemukan satu demi satu alasan mengapa aku jatuh hati padanya. Namun ia sangat pelit, selalu hanya petunjuk berupa remah-remah kecil yang ia berikan padaku. Seolah aku harus mengolah remah kecil tersebut sehingga aku bisa menemukan sendiri alasan-alasan apa saja yang membuat aku menyukainya. Terkadang aku berpikir sendiri apakah ini pesona yang kau tawarkan wahai “Perjalanan”, pesona yang membuatku selalu tertarik untuk terus mencari remah selanjutnya seperti di cerita hansel dan gretel yang menyusuri remahan roti yang ia jatuhkan sehingga aku bisa menemukan apa yang aku sebut “RUMAH” pada akhir pencarianku. Hingga akhirnya kepulanganku akan menjadi lebih bermakna. Sehingga kecintaanku padamu sungguh penuh makna bukan hanya sekedarnya.
Ya.
Mungkin itu maksudmu.

Tulisan-tulisan ku selanjutnya adalah cerita ku dalam mengumpulkan remah-remah yang diberikan oleh sang “Perjalanan”.
Aku ingin sekali membagikan cerita ini. Kenapa?
Karena yang aku tau

“Your Life Only Real When Shared!”

Selamat bertualang di duniaku!
Ceritakanlah lagi pada dunia apa yang kau anggap perlu! Agar semua juga mendapatkan apa yang kau temui dalam cerita perjalanan-perjalananku ini.

You May Also Like

0 comments